Suku Boti*merupakan keturunan dari suku asli*pulau Timor, Atoni Metu. Wilayah Boti terletak sekitar 40 km dari kota*kabupaten Timor Tengah Selatan, So’e. Secara administratif kini menjadi desa Boti kecamatan Kie. Karena letaknya yang sulit dicapai di tengah pegunungan, desa Boti seakan tertutup dari peradaban modern dan perkembangan zaman. Letaknya*± 60*Km arah Timur Kota SoE, Ibu Kota Kabupaten Timor Tengah Selatan. Untuk sampai ke tempat ini dapat di tempuh dengan menggunakan mobil atau kendaraan bermotor. Lama perjalanan berkisar antara 2 - 3 jam. Suku ini memiliki bahasa Dawan sebagai bahasa daerahnya.
AGAMA
Suku Boti dikenal sangat memegang teguh keyakinan dan kepercayaan mereka yang disebut Halaika. Mereka percaya pada dua penguasa alam yaitu Uis Pah dan Uis Neno. Uis Pah sebagai mama atau ibu yang mengatur, mengawasi, dan menjaga kehidupan alam semesta beserta isinya termasuk manusia. Sedangkan Uis Neno sebagai papa atau bapak yang merupakan penguasa alam baka yang akan menentukan seseorang bisa masuk surga atau neraka berdasarkan perbuatannya di dunia.Uis Pah*dihormati dan di sembah karena dialah yang menjaga manusia dan melindungi manusia beserta seluruh isinya yang ada di alam dunia sedangakan*uis neno*disembah karena peran-Nya yang menentukan apakah manusia masuk surga atau neraka. Oleh karena itu sesuai dengan ajaran yang dianutnya manusia Boti percaya bahwa apa yang diperbuat manusia selama hidup di dunia akan ikut menentukan jalan hidupnya di akhirat nanti, sikap hidup baik dan benar semasa di dunia akan menuntun manusia kepada kehidupan kekal abadi di surga.
Dalam Praktek kehidupan sehari-hari warga suku Boti selalu dituntun oleh kepala sukunya agar selalu berbuat baik terhadap sesama dan lingkungannya. Mereka yang bertindak jahat dan merusak lingkungan alam disekitarnya akan mendapat hukuman dari*Uis Pah*dan*Uis Neno.Tetapi bagi mereka yang berbuat baik akan memperoleh pahala dari Sang Khalik berupa berkat, perlindungan dan keselamatan.
KEHIDUPAN SOSIAL
Dalam kehidupan sehari-hari ada pembagian tugas yang jelas antara kaum lelaki dan perempuan. Para lelaki bertugas mengurusi permasalahan di luar rumah, seperti berkebun, dan berburu. Sementara urusan rumah tangga, diserahkan kepada kaum perempuan. Meskipun pembagian peran ini biasa dijumpai dalam sistem kekerabatan, ada satu hal yang membuat warga Boti agak berbeda, mereka menganut monogami*atau hanya beristri satu. Seorang lelaki Boti yang sudah menikah, dilarang memotong rambutnya. Sehingga bila rambut mereka semakin panjang, mereka akan menggelungnya seperti*konde.
Bila kepercayaan dan aturan adat Boti dilanggar, maka akan dikenakan sanksi, tidak akan diakui sebagai penganut kepercayaan Halaika, berarti harus keluar dari komunitas suku Boti, sebagaimana yang terjadi pada putra sulung Laka Benu, kakak dari Raja Usif Nama Benu. Laka Benu yang seharusnya menjadi putra mahkota, memeluk agama Kristen sehingga ia harus meninggalkan komunitas Boti. Bagi warga suku Boti, hidup bergotong royong saling membantu* dan meringankan beban sesamanya merupakan kewajiban yang sudah tertanam dama pribadi manusia Boti.
Entah yang berhubungan dengan masalah Adat, menjaga dan merawat lingkungan alam merka tinggal, membersihkan ladang tempat mereka berkebun maupun dalam hal menjaga ikatan hidup kekeluargaan duiantara sesama warga.
Menurut filsafat hidup suku Boti, manusia akan hidup aman, tentram damai sejahtera bila mereka menjaga, merawat dan melestarikan hutan. Karena dengan menjaga dan melestarikan hutan awan akan datang dan hujan menyertainya. dengan adanya hujan maka tanaman, hewan dan manusia akan hidup. dengan hutan tanah menjadi subur dan bahaya erosi menjadi tertanggulangi. bila tanahnya subur dan hujan turun teratur maka tanamanpun tumbuh subur dan* bisa menghasilkan pamemberkatinya. nen berlimpah. Asal manusia mau bekerja keras memeras keringat, pasti Tuhan akan memberkatinya. Menurut filsafat hidup suku Boti, manusia akan hidup aman, tentram damai sejahtera bila mereka menjaga, merawat dan melestarikan hutan. Karena dengan menjaga dan melestarikan hutan awan akan datang dan hujan menyertainya. dengan adanya hujan maka tanaman, hewan dan manusia akan hidup. dengan hutan tanah menjadi subur dan bahaya erosi menjadi tertanggulangi. bila tanahnya subur dan hujan turun teratur maka tanamanpun tumbuh subur dan* bisa menghasilkan panen berlimpah. Asal manusia mau bekerja keras memeras keringat, pasti Tuhan akan memberkatinya.
Dalam kaitannya dengan adat istiadat, warga suku Boti sangat patuh dan setia mempertahankan keaslian tradisi nenek moyangnya, sekalipun di tantang oleh perkembangan zaman yang terus berubah, manusia suku Boti tetap mempertahankan kemurinian adatnya. dan ternyata dalam alam budaya dan adat istiadatnya itu, mereka merasa hidup tenang dan sejahtera. hidup dalam persekutuan adat yang rapat dan ketat, mereka merasa memiliki kekuatan batin yang dapat menyegarkan jiwa rohaninya.
Pada bulan September 2009 yang baru lalu, masyarakat suku Boti melaksanakan sebuah* rangkaian upacara adat*yang disebut dengan istilah "NALAIS".*Kegitan ini berlangsung selama 4 hari yaitu mulai tanggal 17 sampai dengan 21 September 2009 yang dihadiri oelh Gubernur Nusa Tenggara Timur, Bapak Frans Lebu Raya, Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur , bapak Esthon Foenay, Bupati Timor Tengah Selatan, Bapak Paul Victor Rolan Mella serta para Mupida dan beberapa Pimpinan Instansi undangan lainnya. Masyarakat Suku Boti dapat memepersiapakan segala-galanya untuk menyukseskan kegiatan ini. Sosok almarhum Nune Benu adalah raja ke enam di Boti. raja Boti ini telah mangkat pada tangal 20 Maret 2005 dan digantikan Putra Mahkota raja bernama NAMA BENU. Nama Benu adalah anak bungsu putra ketiga dari lima bersaudara. masyarakat penganut animisme ini secara turun temurun memegang teguh Adat dan Kepercayaan mereka. Hal ini dilakukan dalam kehidupan mereka sehari-hari. menurut orang Boti bahwa dalam hidup ini ada 9 hari yang sangat penting yaitu :
Neon Kaet (hari Keramat)
Neon Li'ana (hari anak)
Neon Ai (hari Api)
Neon Onen (Hari Ritual/Doa)
Neon Masikat (Hari bersaing)
Neon suli (hari salah paham)
Neon pah (hari berhala)
Neon Besi (hari Besi/logam)
Neno Snasat (hari perhentian)
Kesembilan hari tersebut dapat dijalani dalm kehidupan setiap manusia Boti. dalam kegiatan yang dilakukan ini adal Upacara Pelepasan arwah Raja Nune Benu yang telah mengka pada waktu yang lalu. Pada saat undangan datang untuk menghadiri upacara adat tersebut, mereka membawa antaran berupa bahan makanan seperti jagung, beras, ubi-ubian, kelapa, pisang, tebu disertai dengan hewan seperti sapi, babi, kambing dan ayam.
Setelah tamu yang diundang tiba di rumah raja (Sonaf) maka mereka menyerahkan antaran secara adat kepada raja (Usif),kemudian rajapun menerima antaran (bawaan) secara adat dan disertai dengan natoni adat antara kedua pihak, setelah itu dilanjutkan dengan jabatan tangan dan makan sirih-pinang bersama sebagai tanda bahwa acara penerimaan secara adat telah selesai.
Setelah tamu diterima secara adat oleh raja (usif) maka para tamu di arahkan ke tempat penginapan (la'at) yang telah disiapkan. sesuai tradisi suku Boti bahwa setiap penginapan (la'at) yang dihuni para tamu disuguhkan makanan/minuman (bukaet). Bukaet ini di isi dalam wadah atau yang disebut dengan " sau' "
proses antaran makanan atau minuman ke la'at dilakukan secara kelompok atau beriring-iringan* sesuai bahan makanan yang diantar. hal ini berlanjut selama acara berlangsung hingga selesai.
Setiap tamu yang kembali atau pulang dilakukan pelepasan dengan natoni adat dan diberikan bekal dalam perjalanan dengan istilah*" Nama' "*yang berbentuk bahan makanan seperti beras, daging dan buah-buahan.
Foto-foto dari Suku Boti
Rumah adat
Masyarakat Suku Boti
Pembuatan kain tenun khas BOTI